SMK Bayt Al-Hikmah Pasuruan

Pendidikan Unggul Berkarakter

SMK : KENAPA HARUS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK ???

Sabtu, 26 Desember 2020 ~ Oleh Administrator ~ Dilihat 10694 Kali

SMK : KENAPA HARUS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK ???

 

Yudha Prihantanto

 

Sekilas Sapa

Sekolah dari segi visual adalah material bangunan yang tidak lebih dari bentuk geometris dengan sentuhan warna warni dan ornamen seperti tanaman, jam dinding, papan pengumuman agar lebih menarik. Sekolah menurut KBBI berarti bangunan atau tempat yang diperuntukkan bagi siapapun dalam melangsungkan kegiatan belajar mengajar. Berarti ada komponen penyelenggara yaitu, pengajar dan yang diajar.

Menengah berarti untuk membedakan strata atau kelas atau tingkat. Tingkat lebih atas dari yang dibawahnya, dan masih tingkat bawah dari yang diatasnya.

Kejuruan dalam kamus KBBI berarti kepandaian khusus atau keterampilan.

Dari sini tentu sudah bisa menyimpulkan sendiri biar gak capek ngetiknya. Hehee....

Ups, sebelum berlanjut ada sedikit yang perlu saya diskusikan, bagaimana jika sekolah tempat belajar diganti istilah menjadi taman belajar? Karena kalau lapangan tentu panas, apalagi hutan belajar nanti malah bisa tersesat. Kalau boleh menengok pada konsep KI Hajar Dewantara yang mendirikan Taman siswa sebagai nama sekolah di Yogyakarta pada tanggal 3 Juli 1922. Mungkin lebih asik karena tidak terbatas skat ukuran sempit, tentu taman lebih luas karena tempat bermain, sejuk rindang, nyaman tentu romantisnya bikin rindu. Rindu belajar. Cuma untuk pengantar.

 

Tentang SMK

Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 telah mengatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU RI No 20/ 2003).

Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu jenjang pendidikan menengah dengan kekhususan mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja. Menurut Evans dalam Djojonegoro (1999) mendefinisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Dengan pengertian bahwa setiap bidang studi adalah pendidikan kejuruan sepanjang bidang studi tersebut dipelajari lebih mendalam dan kedalaman tersebut dimaksudkan sebagai bekal memasuki dunia kerja.

Mengacu pada pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional  No. 20 Tahun 2003 pasal 3 mengenai tujuan pendidikan nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja di bidang tertentu.

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Pengertian ini mengandung pesan bahwa setiap institusi yang menyelenggarakan pendidikan keJuruan harus berkomitmen menjadikan tamatannya mampu bekerja dalam bidang tertentu (Depdikbud, 1995).

Mengacu uraian diatas, maka sekolah menengah kejuruan sebagai sub sistim pendidikan nasional seyogyanya mengutamakan mempersiapkan peserta didiknya untuk mampu memilih karir, memasuki lapangan kerja, berkompetisi, dan mengembangkan dirinya dengan sukses di lapangan kerja yang cepat berubah dan berkembang.

 

Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) di SMK

Model pembelajaran berbasis proyek merupakan suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dapat mengajarkan siswa untuk menguasai keterampilan proses dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Padiya 2008 dalam Tinenti, Y. R. 2018:3). Selain itu Suryanti dkk (2008:5) menyampaikan belajar berbasis proyek (Project Based Learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang bersifat kontekstual dan membutuhkan suatu pendekatan pengajaran yang komprehensif dimana lingkungan belajar siswa di desain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik pengajaran. Mengacu gagasan tersebut maka pembelajaran berbasis proyek memiliki kecenderungan yang berfokus pada pendekatan keterampilan proses.

 

Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) 

Agar terlaksananya pembelajaran berbasis proyek maka perlu mengetahui ciri-ciri yang dikemukakan (Tinenti. 2018) adalah:

  1. Dalam pelaksanaan diawali dengan siswa melakukan perencanaan yang meliputi; (a)membuat keputusan, dan (b) membuat kerangka kerja terhadap masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya.
  2. Siswa melakukan perencanaan proses yang akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan dan dapat dipertanggung jawabkan,
  3. Siswa melakukan penyelidikan yang meliputi; (a) penyelidikan sesuai proses yang telah dirancang untuk dapat informasi, (b) melakukan observasi secara kontinyu dan teratur, (c) melihat kembali apa yang sudah dikerjakan apakah sudah sesuai dengan perencanaan atau belum.
  4. Siswa melakukan pelaporan untuk dievaluasi baik secara tertulis maupun lisan. 

 

Tahap Perencanaan 

Sebelum melaksanakan pembelajaran berbasis proyek perlu menentukan perencanaan, karena perencanaan merupakan faktor penting dalam untuk terlaksananya sesuatu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Selain itu tahap perencanaan ini dapat memberi tuntunan tentang bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek. Mengingat perencanaan pembelajaran berbasis proyek harus disusun secara sistematis agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal, maka langkah-langkah perlu perencanaan dirancang dengan menggunakan teori Wena, M (2012) seperti pada bagan berikut:

 

 Bagan tahap perencanaan. Sumber: Wena, M. 2012

 

Strategi PBP

Selain itu ada strategi proyek bertujuan untuk memantapkan pengetahuan yang dimiliki siswa, serta memungkinkan siswa memperluas wawasan pengetahuannya dari suatu mata pelajaran tertentu (semiawan, dkk. 1987). Kemampuan siswa lebih mudah diketahui dan menjadi lebih berarti. Jika demikian pembelajaran akan lebih menarik karena dapat lebih bermanfaat untuk mengapresiasi lingkungan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Menurut Nolker & Schoenfeldt. 1987 (dalam Wena, M. 2012) bahwa karakteristik yang penting dalam strategi pembelajaran proyek adalah siswa dapat menerapkan berbagai keterampilan teori dan praktik yang dimiliki guna menanggulangi gugus tugas konkret dan berfaedah dengan berhasil. Maksudnya siswa tidak hanya sekedar menyelesaikan tugas hanya untuk menggugurkan kewajiban namun juga dapat dikerjakan dengan penghayatan yang lebih bermanfaat sehingga hasilnya akan memuaskan. Selain itu Semiawan, dkk (1987) juga menyampaikan bahwa prinsip dalam strategi pembelajaran proyek adalah membahas suatu permasalahan tema yang ditinjau dari berbagai mata pelajaran sehingga terbentuk suatu kaitan yang serasi dan logis sehingga antara pokok bahasan antar mata pelajaran.

            Jika mengacu pada landasan prinsip strategi pembelajaran berbasis proyek baik yang dikemukakan Semiawan, dkk (1987) maupun Nolker & Schoenfeldt. 1987 (dalam Wena, M. 2012) maka tentu sebelum menggunakan pelaksanaan dalam strategi pembelajaran berbasis proyek, siswa sudah memiliki beberapa keterampilan atau menguasai dalam pokok-pokok bahasan yang berkaitan. Dalam hal ini, penerapan pokok-pokok bahasan biasanya ditentukan oleh guru. Misalnya, pelajaran desain grafis yang diintegrasikan dengan pelajaran lain. Guru membuat projek membuat macam-macam karya Desain Publikasi dengan tema dari mata pelajaran lain seperti zakat, olah raga, budi baya unggas, tanaman hidroponik dll. Dengan demikian, pada pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek siswa dapat secara langsung menerapkan semua pengetahuan dari latar belakang masing-masing dari materi pelajaran lain dengan pengetahuan sesuai latar belakang keterampilan siswa.

 

  Bagan strategi pembelajaran berbasis proyek. Sumber Wena, M (2012)

 

Target PBP

Selanjutnya, untuk melaksanakan pembelajaran berbasis proyek maka harus mengetahui target yang harus dipenuhi dalam pembelajaran berbasis proyek mengacu pada ungkapan (Santyasa 2006 dalam Tinenti 2012) meliputi;

  1. Originalitas isi, meliputi; (a) masalah harus kompleks, (b) siswa harus menemukan hubungan antar gagasan yang diajukan, (c) siswa harus dihadapkan pada masalah yang illdefined (tidak jelas), (d) pertanyaan yang digunakan dalam mengajukan masalah sebaiknya cenderung mempersoalkan muatan masalah dunia nyata/otentik.
  2. Kondisi harus menguatkan otonomi siswa; (a) siswa dapat melakukan inquiry dalam konteks masyarakat, (b) siswa dapat mengelola waktu secara efisien dan efektif, (c) siswa dapat belajar penuh dengan kontrol diri, (c) siswa harus dapat mensimulasikan kerja secara professional.
  3. Aktivitas siswa harus mengandung investigasi kelompok kolabiratif; (a) siswa mampu berinvestigasi selama periode tertentu, (b) siswa melakukan pemecahan masalah kompleks, (c) siswa memformulasikan hubungan antara gagasan orsinilnya untuk mengkonstruksi dalam keterampilan inovatif, (d) siswa menggunakan tehnologi otentik dalam memecahkan masalah, (e) siswa melakukan umpan balik mengenai gagasan mereka berdasarkan respon para ahli atau dari hasil tes.
  4. Hasil produk nyata; (a) siswa menunjukkan produk nyata berdasarkan hasil investigasi mereka, (b) siswa melakukan evaluasi diri, (c) siswa responsif terhadap segala implikasi dari kompetensi yang dimilikinya, (d) siswa mendemonstrasikan kompetensi sosial, manajemen pribadi, dan regulasi belajarnya.

 

Tabel perbedaan pembelajaran formal dan PBP

Kesimpulan

Berdasar pada uraian tersebut, maka pembelajaran berbasis proyek merupakan metode yang relevan untuk digunakan di Sekolah Menengah Kejuruan apalagi dalam hal ini adalah di kalangan pesantren modern. Dimana Sekolah Menengah Kejuruan dan pesantren modern merupakan lembaga pendidikan dengan berbagai latar belakang sosial budaya siswa dapat menunjang mempertajam dan mengembangkan keterampilan, pengetahuan kritis (baik pengetahuan umum maupun agama) di lintas disiplin ilmu, sebagai upaya menyiapkan generasi unggul dan mandiri di dunia nyata baik bekerja maupun kuliah.

KOMENTARI TULISAN INI

  1. TULISAN TERKAIT